Tuesday, November 8, 2011

. masih tentang itu .

Seringkali kamu mengganggap saya kejam, tentunya saya yakin itu hanya becandaan.
Tak pernah sebersit pikiran pun berlaku kejam terhadap kamu.
Saya hanya sayang tapi tak dapat terungkapkan, saya yakin kamu tahu itu.
Seringkali saya berpikir hidup ini tidak adil, tapi seketika itu juga kamu meyakinkan saya bahwa itu tidak benar.
Banyak detik, menit juga jam dihabiskan yang akhirnya memaksa kita untuk menjadi sahabat.
Mungkin juga, ini bukan paksaan, ini jodoh.
Ya, jodoh kita untuk saling menyemangati satu sama lainnya.
Saya tidak pernah berubah, dan saya yakin kamu juga tidak berubah.
Sungguhlah sang waktulah yang menuduh kita telah berubah.
Kamu juga terkadang tidak sadar meminta saya untuk berubah, yang pada akhirnya saya menjadi berubah, begitupun kamu, demi lebih baik lagi.
Sangkalan demi sangkalan juga menyertai perjalanan kita.
Saling meminta untuk menjadi lebih baik juga telah dilakukan.
Kita tidak egois, kita hanya sayang.

Hanya saja sesuatu mengusik saya akan kamu.
Mungkin memang kamu tidak bermaksud melakukannya, tapi tetap saya pun mempertanyakannya.
Mungkin memang tidak perlu ada aturan, cukup saling memahami dan mengerti saja.
Mungkin saya juga bukan orang yang dengan mudah mengerti akan maksud dari segala sesuatu, hanya meraba-raba apa yang terjadi.

Salahkah ketika saya tidak bisa mengerti apa yang terjadi?
Saya bukan orang yang dengan mudah dapat diacuhkan.
Tidak pernah tahan akan segala acuhan.
Hanya ingin mendapat sedikit perhatian.

Maukah kamu mendengarkan saya?
Maukah kamu meminta saya, sungguh walau hanya sekali.
Kadang tak tahan dan ingin meneriakkannya di khalayak ramai, agar semua tahu.
Tapi tidak, lagi-lagi saya lebih memilih diam.
Menunggu keajaiban terjadi.
Keajaiban dari kamu, yah kamu.
Kamu yang sering melupakan bagaimana perasaan saya.

Tapi yang saya tahu, perasaan itu bukan untuk dipaksakan.Tidak juga untuk diubah sekehendak hati demi kepentingan diri sendiri.


***


pics taken from here
" Perasaan terkadang tidak perlu diungkapkan dengan getaran bibir, tapi cukup dengan hentakan jari jemari. " ~dania


Bodohnya saya yang tak pernah bisa dengan mudahnya berbicara langsung dihadapanmu dan lebih memilih memainkan jari jemari saya di sebuah ruang tak bernyawa,

°º☆★

☺ MY T W I T T E R ☺

6 comments:

  1. Mengungkapkan perasaan dengan jari jemari rasanya lebih berlaku untuk kita (blogger), ya? :D

    ReplyDelete
  2. engga cuma untuk blogger, tapi untuk semua yang suka menulis ;)

    ReplyDelete
  3. ya, harus mencari tahu apa yang terjadi, sebab-musabab. bertanya tak membuat kita pada posisi bersalah

    ReplyDelete
  4. iya betul, tapi ketika keadaannya terulang terus, bertanya sudah bukan jadi solusi :)

    ReplyDelete
  5. iya mas, maaf ga bisa langsung muncul, hehe.

    salam kenal mas, terimakasih udah mau berkunjung dan komen di blog saya ya =)

    ReplyDelete

do leave comments dear...
i'll catch u back as pretty soon as possible
ur comment is my pleasuree :)